Pengertian tentang Kekerasan
Kekerasan terhadap perempuan menjadi konsekuensi paling serius dari ketidak
setaraan gender. Perempuan tidak hanya menjadi korban dari bentuk-bentuk
kriminalitas umum dari orang tidak dikenal (pencopetan, perampokan) tetapi juga
dapat menjadi korban dari orang-orang dekat/keluarga sendiri. Tidak jarang
perempuan mengalami kekerasan dalam bentuk berlapis-lapis, baik fisik maupun
mental, di rumah maupun dalam masyarakat.
Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi dalam suasana hidup normal
maupun dalam situasi konflik dan perang:
- Kekerasan dalam hubungan dekat/pribadi dan/atau keluarga. Perempuan tidak jarang menjadi kesewenangan pacar, tunangan, suami, mantan suami, ayah dan/atau orang dewasa lain. Bahkan kadang menjadi korban kekerasan dari ibu mertua dan keluarga suami.
- Kekerasan dalam dunia kerja dan masyarakat. Hal yang umum terjadi adalah pelecehan seksual di tempat-tempat umum dan di tempat kerja. Perempuan merasa tidak aman di banyak tempat, karena sering mengalami pelecehan bahkan (percobaan) perkosaan dari orang yang dikenal maupun tidak dikenal.
- Kekerasan terhadap perempuan juga tampil dalam praktik-praktik budaya, seperti kawin paksa, kawin pada usia kanak-kanak/muda saat perempuan belum siap secara fisik dan psikologis, dll
- Kekerasan dalam situasi konflik dan perang. Selain mengalami hal-hal umum yang mengenai anggota masyarakat lain seperti rumah dibakar dan harus mengungsi, dapat pula terjadi pelecehan seksual, ancaman-ancaman, perkosaan, perbudakan seksual, penghamilan paksa dan bentuk-bentuk kekerasan khusus lain pada perempuan.
Bentuk-bentuk dari kekerasan itu sendiri terdiri dari :
- Kekerasan Fisik, misalnya: didorong, ditampar, ditendang, dipukul)
- Kekerasan Seksual (terjadi bila salah satu pihak diancam, dipaksa, atau mengalami kekerasan sehingga tindakan seksual terjadi).
- Kekerasan Psikologis (dihina, dipanggil dengan panggilan yang merendahkan, dll). Suatu tindakan merupakan kekerasan psikologis bila berdampak menyakitkan hati, tidak selalu ada tindakan fisik.
- Dimensi ekonomi juga dapat memunculkan kekerasan dalam rumah tangga, misalnya istri yang tidak diberi nafkah hidup sehari-hari oleh suami.
Pemulihan
Pemulihan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengembalikan
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, agar setelah peristiwa traumatis
yang terjadi, dapat secara kolektif menjadi kuat, berfungsi optimal dan
memiliki ketangguhan menghadapi masalah, sehingga menjadi masyarakat yang
produktif dan berdaya.
Peristiwa kekerasan yang dialami oleh seseorang juga termasuk peristiwa
traumatis yang dialami secara individu, yang juga membutuhkan penanganan serius
yang bertujuan untuk pemulihan. Bagi korban kekerasan penanganan yang dilakukan
ada beberapa cara, salah satunya adalah memberikan pendampingan untuk membantu
korban menemukan jati dirinya kembali sehingga menjadi kuat dan dapat kembali
berfungsi optimal serta memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah.
Disamping itu juga untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan, yang
berpeluang untuk memecahkan masalah. Cara lain yang dapat dilakukan untuk
membantu korban menuju ke proses pemulihan adalah dengan mengandalkan
partisipasi anggota masyarakat yang terorganisir secara baik untuk memberikan
dukungan dan bantuan yang dibutuhkan korban, termasuk merujuk kasus-kasus
kekerasan yang ditemukan didalam masyarakat tersebut ke lembaga-lembaga yang
dapat memberikan bantuan secara profesional.
Masyarakat juga dapat membantu dengan
cara tidak mendiskriminasikan korban dan memberikan peluang bagi korban untuk
bersosialisasi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Hal ini akan membantu
mengembalikan kepercayaan diri si korban, dan membuat ia merasa kuat karena
yakin bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi masalahnya..
Pada saat seseorang pulih, orang
tersebut akan menyadari bahwa gejala-gejala yang dialaminya setelah peristiwa
traumatis tersebut berkurang, tidak separah yang dialami sebelumnya, dan tidak
mengganggunya seperti pada saat awal ia merasakan gejala-gejala tersebut. Ia
juga mulai menghayati keberdayaan, termotivasi untuk melakukan langkah-langkah
tertentu yang positif bagi hidupnya dan bagi kehidupan orang-orang lain
disekitarnya.
Pendekatan (pemulihan) berbasis komunitas mengutamakan partisipasi anggota
masyarakat, dimana masyarakat memainkan peran penting dalam setiap langkah
intervensi yang direncanakan. Selain partisipasi aktif dari masyarakat, aspek
yang juga penting adalah bahwa pendekatan ini berfokus pada komunitas sebagai
satu keseluruhan yang saling mempengaruhi. Komunitas bukan sekedar sekumpulan
individu yang terpisah satu sama lainnya.