PSSA di Dataran Tinggi Tanoh Gayo

Dokumentasi Yayasan Pulih Aceh
GAYO HIGLAND|, Yayasan Pulih Area Aceh kembali melakukan kegiatan Psychosocial Structure Activities (PSSA) atau kegiatan Psikososial terstruktur untuk tingkat SMA/ SMK/ Sederajat. Kegiatan ini adalah salah satu program pemulihan psikososial berbasis komunitas untuk korban gempa gayo yang di dukung oleh AFCS Indonesia di 2 Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Kegiatan tersebut lakukan pada hari senin/ 17 Maret 2013 yang ikuti oleh 27 siswa/i dan di SMK Negeri 2 Bener Meriah di lakukan pada hari jum’at/ 14 Maret 2013 yang ikuti oleh 26 siswa/i. Penunjukan Sekolah tersebut atas Rekomendasi Dinas Pendidikan di 2 Kabupaten karena  SMA tersebut kenak dampak bencana Gempa pada tanggal 2 juli 2013, maka di anggap perlu untuk dilakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini di  Fasilitator oleh Elly Misra Devita, dia mengajak anak-anak untuk mengenali apa itu konsep diri dan menjelaskan bagaimana  memanfaatkan kekuatan kelompok/ sosial “. Pungkas Sudarliadi.
Kedua kepala sekolah tersebut sangat terbuka untuk melakukan kegiatan PSSA ini serta mengucapkan terimakasih atas kunjungannya dan penunjukan sekolah kami, dia berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan.
Menurut Fatmawati selaku Koordinator Program.  “Kegiatan PSSA itu bertujuan untuk mengupayakan agar anak belajar untuk memanfaatkan kekuatan dalam dirinya di masa sulit, memandang dirinya secara positif, menjalin hubungan positif dengan teman dan mengembalikan kendali diri pada anak, dan terakhir anak dengan berbagai keterampilan hidup serta  keterampilan kerjasama, memecahkan masalah, membantu orang lain. Diharapkan mereka mampu mengatasi persoalan dalam hidupnya dimasa yang akan datang “.



Workshop pelibatan Aparatur Desa,Tokoh Agama, Tokoh Adat dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak

Dokumentasi Yayasan Pulih Aceh
ACEH SELATAN |  Yayasan Pulih Aceh didukung oleh UN-Women mengadakan Workshop pelibatan aparatur Desa,tokoh Agama, tokoh Adat dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Workshop ini dilaksanakan selama dua hari dimulai dari tanggal 18 hingga 19 Februari 2014 di Hotel Dian Rana Tapak Tuan Aceh Selatan. Workshop ini di ikuti oleh aparatur Desa dan perwakilan perempuan dari dua Desa Pilot Project program yaitu desa Gunung rotan kecamatan Labuhan Haji Timur dan Desa Jambu Kupok Kecamatan Kota Bahagia Aceh selatan. Workshop ini difasilitasi  Dian Mirana Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (P2TP2A) Provinsi Aceh.

Fasilitator mengajak berdiskusi tentang kekersan berbasis Gender,mekanisme perlindungan Perempuan dan Anak, memetakan persoalan Perempuan dan Anak. Di hari kedua fasilitator memetakan potensi, sumberdaya, kebutuhan dan tantangan dalam membangun mekanisme komunitas aman . Dengan mengikuti kegiatan ini peserta mengenal apa itu kekerasan. bagaiman peran-peran tokoh masyarakat dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.

Masyarakat sangat antusias mengikuti proses diskusi. Diharapkan setelah mengikuti Workshop ini adanya sebuah acuan atau mekanisme yang dibangun di tingkat desa atau komunitas  dalam upaya penyelesaian dan penanganan perempuan dan anak korban kekerasan

Penguatan Kapasitas Pendampingan

Dokumentasi Yayasan Pulih Aceh
 ACEH SELATAN |  Yayasan Pulih Aceh didukung oleh UN-Women melakukan penguatan kapasitas kepada staf Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) aceh Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari,  dimulai dari tanggal 11 hingga 12 Februari 2014 di kantor P2TP2A Samadua Aceh Selatan.
   Penguatan kapasitas ini nantinya diharapkan agar mempermudah pendamping untuk mengenali kasus kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ujar panitia kegiatan Abdul Arief.
                                                                 Penguatan kapasistas ini menghadirkan Ikhwani, SH manager program Yayasasn Pulih Aceh sebagai pemateri.
  Dalam materinya Ikhwani menjelaskan bagaimana cara membangun sebuah Mekanisme komunitas aman di Komunitas serta pemenuhan hak-hak korban kekerasan Perempuan dan Anak agar bisa membuat korbannya aman di Komunitasnya.
  Ikhwani juga menguraikan  bentuk kekerasan dan jenis jenis kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik Itu kekerasan fisik maupun psikis.

  Selain itu ikhwani juga menambahkan bahwa kekerasan sering terjadi karena relasi yang tidak seimbang, sehingga salah satu pihak merasa dirinya lebih berkuasa dan lebih kuat.

Perangi Kekerasan Seksual terhadap Perempuan dan Anak di Aceh

Dokumentasi Yaysan Pulih


Yayasan Pulih Aceh, yang bernaung di bawah Gerakan Perempuan Aceh Pada sabtu (8/3) merayakan Hari Perempuan Internasional (Intenational Womens Day) yang jatuh tepat pada tanggal 8 maret. Sejak tahun 1977 PBB mulai penetapan mengenang Kegigihan perempuan di berbagai belahan dunia, dalam memperjuangkan Hak-Hak mereka, terutama pada paska perang Dunia Ke II dan pada awal terjadinya Revolusi Industri ketika hak Perempuan dalam bekerja sering di abaikan.

Dalam memperingati Hari Perempuan International (International Womens Day) yang berlangsung di Bundaran Simpang Lima Banda Aceh, para Gerakan Perempuan Aceh mengadakan Orasi dan pernyataan sikap, terhadap kekerasan bagi perempuan.

Pada tahun 2014 ini, merupakan tahun terakhir pembahasan UU Kekerasan seksual ( Prolegnas 2010-2014), dan ini merupakan sebuah momentum untuk mendesak Pemerintah dan khususnya Pemerintah Aceh, Untuk membuat sebuah kebijakan yang dapat memberikan perlindungan atau mengakomodir kebutuhan Perempuan korban kekerasan, khusunya korban kekerasan seksual, Serta menyediakan Fasilitas pelayanan terpadu yang didukung oleh SDM dan anggaran yang memadai, supaya bisa memberikan perlidungan Hukum yang optimal bagi Perempuan dan Anak korban kekerasan seksual, serta dalam pemenuhan hak-hak korban, dan menjatukan Hukuman maksimal terhadap pelaku kekerasan seksual bagi perempuan dan anak.

Dengan adanya kebijakan tersebut, pelaku kekerasan terhadap perempuan dan Anak akan mengalami efek jera. Sehingga dapat menekan dan memperkecil angka kekerasan terehadap perempuan dan anak.



Perangi Kekerasan Seksual terhadap Perempuan dan Anak di Aceh



Dokementasi Yaysan Pulih



Yayasan Pulih Aceh, yang bernaung di bawah Gerakan Perempuan Aceh Pada sabtu (8/3) merayakan Hari Perempuan Internasional (Intenational Womens Day) yang jatuh tepat pada tanggal 8 maret. Sejak tahun 1977 PBB mulai penetapan mengenang Kegigihan perempuan di berbagai belahan dunia, dalam memperjuangkan Hak-Hak mereka, terutama pada paska perang Dunia Ke II dan pada awal terjadinya Revolusi Industri ketika hak Perempuan dalam bekerja sering di abaikan.


Dalam memperingati Hari Perempuan International (International Womens Day) yang berlangsung di Bundaran Simpang Lima Banda Aceh, para Gerakan Perempuan Aceh mengadakan Orasi dan pernyataan sikap, terhadap kekerasan bagi perempuan.


Pada tahun 2014 ini, merupakan tahun terakhir pembahasan UU Kekerasan seksual ( Prolegnas 2010-2014), dan ini merupakan sebuah momentum untuk mendesak Pemerintah dan khususnya Pemerintah Aceh, Untuk membuat sebuah kebijakan yang dapat memberikan perlindungan atau mengakomodir kebutuhan Perempuan korban kekerasan, khusunya korban kekerasan seksual, Serta menyediakan Fasilitas pelayanan terpadu yang didukung oleh SDM dan anggaran yang memadai, supaya bisa memberikan perlidungan Hukum yang optimal bagi Perempuan dan Anak korban kekerasan seksual, serta dalam pemenuhan hak-hak korban, dan menjatukan Hukuman maksimal terhadap pelaku kekerasan seksual bagi perempuan dan anak.


Dengan adanya kebijakan tersebut, pelaku kekerasan terhadap perempuan dan Anak akan mengalami efek jera. Sehingga dapat menekan dan memperkecil angka kekerasan terehadap perempuan dan anak.

Sudahkah Anda Peluk Si Buah Hati Hari Ini?


Jangan remehkan manfaat dari sebuah pelukan. Meski, hanya sedetik, pelukan ternyata bisa memberikan manfaat yang luar biasa untuk perkembangan jiwa dan raga sang buah hati.

Wah, menarik sekali ya Mom. Kira-kira apa ya manfaat pelukan?

Mendekap atau memeluk si kecil sudah dimulai ketika ia masih bayi bahkan ketika Bunda mengandung pasti sering membelai perut dan menimang-nimang perut yang kian membesar seperti sikap memeluk. Rasa hangat dan nyaman yang ditimbulkan oleh sebuah pelukan bisa menjadi bukti kasih sayang dan berdampak pada peredaman amarah, menenangkan anak, serta memberikan perasaan yang nyaman.

Tak heran jika seorang anak menangis, ketika dipeluk oleh sang Bunda maupun orang lain tangisnya akan mereda. Bahkan, menanggapi hal ini, sebuah berita yang disiarkan oleh Ahaparenting, ikatan antara orang tua dan anak terjalin erat ketika terjadi pelukan di antara keduanya.

Lebih lanjut lagi, pelukan memberikan efek positif bagi kepercayaan diri anak dan membuat jantung lebih sehat. Sebuah penelitian yang dibuktikan oleh para dokter dari Universitas North California di Chapel Hill, menyebutkan bahwa bagi seorang wanita yang memiliki pernikahan harmonis, mereka terbiasa memeluk pasangannya selama 20 detik dan dilakukan dua kali dalam sehari.

Tak hanya itu, pelukan meningkatkan kadar oksitosin yaitu sebuah hormon pereda stres yang menyehatkan jantung. Untuk itu lah, sebaiknya Anda gemar memberikan pelukan kasih sayang kepada keluarga Anda, seperti orang tua kita, anak-anak dan suami tercinta.

Mom, membiasakan keluarga Anda dengan ungkapan kasih sayang seperti pelukan bisa dilakukan ketika mengantarkan mereka pergi ke sekolah atau saat bertemu dengan anak-anak usai pulang kantor. Sedikit kebiasaan yang mungkin selama ini dipandang sebelah mata, ternyata memberi dampak yang luar biasa untuk putra-putri kita.

Ayo Mom, jangan ragu memberikan pelukan dan ciuman kasih sayang untuk ananda. Jantung sehat, keluarga pun harmonis. Yukk.. yukk...


Sumber :
Molto

TRANSFORMASI BUDAYA PARTRIARKHI DALAM KONTEKS KESETERAAN DAN KEADILAN GENDER.

Oleh : Bulman Satar, Antropolog

Berangkat dari kasus Rok di Aceh Barat, ini merupakan bentuk dari obsesi maskulin sebagai implikasi dari budaya partiarki. Derajat Budaya partiarki berbeda-beda disetiap tempat.

Isu seputar keseteraan gender tampaknya akan terus bergulir dan mengemuka seiring dengan beragam dan kompleksnya tantangan yang dihadapi oleh ide ini.
Salah satu faktor utama yang sering diperdebatkan dalam banyak diskursus keseteraan gender, dan berimplikasi luas terhadap praktek-praktek diskriminasi gender adalah apa yang disebut dengan budaya partriarkhi. Budaya partriarkhi dituding telah berkontribusi besar dalam menciptakan dan melanggengkan praktek-praktek diskriminasi gender dalam banyak masyarakat dan kebudayaan di dunia.
Apa sesungguhnya budaya partriarkhi ini? Dalam perspekstif antropologi budaya partriarkhi istilah ini merujuk pada sistem kekerabatan yang memperhitungkan keanggotaan (kekerabatan) dari garis keturunan laki-laki. Sistem inilah yang kemudian, dalam spektrum sosial yang lebih luas, menjadikan laki-laki sebagai episentrum yang mendapat semacam privellege (hak-hak istimewa) dibanding perempuan dalam berbagai relasi dan struktur sosialnya, mulai dari unit paling kecil, keluarga sampai lingkup masyarakat, bahkan negara, baik dalam hak-hak sosial, ekonomi maupun politik.
Lalu kapan dan bagaimana budaya patriarkhi ini timbul? Tak diketahui pasti tapi diyakini bahwa kemunculannya sudah sangat tua setua sejarah peradaban manusia. Budaya partriarkhi ini sesungguhnya beranjak dari determenisme biologis berupa diferensiasi atas ciri-ciri biologis antara laki-laki dan perempuan yang kemudian mengalami proses identifikasi ciri-ciri mental/psikologi yang cenderung dianggap bersifat naluriah, by nature, dimana laki-laki sebagai identitas biologis diidentikkan dengan citra-citra yang lebih superior, kuat, agresif, rasional berkuasa, dan ditakdirkan menjadi pemimpin. Sementara perempuan di citrakan sebagai sosok yang lemah, lembut emosioal, dan hanya layak menjadi pendamping yang harus selalu tunduk dan patuh pada laki-laki. Identifikasi-identifikasi inilah yang lebih lanjut menghadapkan laki-laki dan perempuan dalam opisisi biner dalam berbagai aspek kehidupan sosial, seperti yang saat ini banyak digugat oleh para feminis dan aktivis perempuan.
Gugatan kritis terhadap budaya partriarki ini sendiri dapat dilacak awalnya pada era pencerahan di Eropa yang kemudian menjadi cikal bakal tumbuhnya gerakan feminisme. Lalu pasca revolusi industri yang memungkinkan terjadinya diferensiasi pekerjaan dan kecakapan-kecapakan khusus ke tingkat yang jauh lebih beragam, dan menjadi semakin drastis pada era teknologi informasi dan globalisasi saat ini, menjadikan perluasan fungsi dan peran-peran perempuan, untuk keluar dari peran-peran tradisionalnya, tidak lagi sekadar hanya dirasakan sebagai sebuah kebutuhan tapi lebih dari itu juga menjadi sebuah keharusan.
Trend dalam beberapa dekade belakangan ini pun semakin meningkatkan kesadaaran global akan pentingnya pengakuan atas kedudukan dan peran-peran perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, sosial, budaya, ekonomi dan bahkan politik.
Namun demikian, meski di satu sisi di sepanjang sejarah perjuangan keseteraan gender peran-peran perempuan telah berkembang dengan sangat pesat, namun budaya partriarkhi tetap menjadi problem klasik dalam perjuagan keseteraan gender meski dengan tingkat dan intensitas yang berbeda-beda dalam setiap masyarakat dan kebudyaan. Ide-ide anti diskriminasi dan keseteraan gender yang mengglobal ternyata tidak lalu dengan serta merta mengeliminasi praktek-praktek diskriminasi gender yang memang lebih banyak merugikan dan memarginalkan kaum perempuan.
Langgengnya budaya partriarkhi ini secara umum dapat dikatakan disebabkan oleh karena sistem sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan hukum, dalam masyarakat masih berusaha mempertahankan status quo dan belum cukup mengakomodasi tuntutan-tuntutan akan penegakan prinsip-prinsip keseteraan gender ini sampai pada tingkat yang dapat dikatakan ideal. Dogma-dogma agama, keyakinan-keyakinan kultural, praktek-praktek politik, sampai aturan-aturan hukum, masih menjadi faktor penghambat sehingga kedudukan, hak, dan peran-peran sosial perempuan dirasakan masih jauh dari ideal sebagaimana dicita-citakan oleh perjuangan keseteraan gender.
Sebagai respon atas situasi ini, salah satu gagasan yang mengemuka untuk mengentaskan hambatan-hambatan ini, sebagaimana akan kita diskusikan, adalah gagasan pentingnya mentranformasi atau mendekonstruksi bangunan budaya partriarki. Dalam hal ini, intinya budaya partriarkhi diasumsikan sebagai faktor penghambat yang sangat mungkin dikontruksi ulang – untuk tidak mengatakan dihilangkan, sama sekali – hingga menghasilkan sebuah kondisi yang memungkinkan laki-laki dan perempuan dapat menjalankan fungsi dan peran-peran sosial mereka secara adil dan setara, tanpa diskriminasi.
Sebuah gagasan yang tepat tentu saja, meski agak terlambat jika dilihat sebagai sebuah gerakan, terutama dalam konteks Indonesia, dan Aceh khususnya. Namun terlepas dari itu, pertanyaan penting yang kini harus segera kita sahuti adalah : Bagaimana kita memulainya?...



Menurut hemat saya, ada beberapa aspek/strategi yang dapat kita terapkan dalam mentranformasi budaya partriakhi ini, baik secara kultural maupun struktural, yaitu :
1. Pola Pengasuhan/Pendidikan Dalam Keluarga
Keluarga adalah unit yang paling penting dalam menanamkan prinsip-prinsip keseteraan gender. Keluarga adalah unit paling fundamental dalam membentuk personality manusia karena kita cenderung akan mengadopsi/mewarisi karakter, watak, prinsip, nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang kita lihat, rasakan dan alami dalam kehidupan keluarga.

2. Akses Pendidikan Terhadap Perempuan
Penegakan prinsip-prinsip keseteraan gender juga sangat ditentukan/dipengaruhi oleh sejauh mana akses pendidikan terbuka bagi perempuan, dan sejauh mana level pendidikan mungkin dan dapat diraih oleh perempuan. Kenapa? Karena pendidikan adalah sarana untuk membangun keberdayaan intelektual perempuan, dan keberdayaan intelektual adalah fundamen bagi keberdayaan perempuan di bidang sosial, ekonomi, dan politik.

3. Dekonstruksi Tafsir Agama.
Banyak orang mengkait-kaitkan budaya partriakhi dengan agama. Dalam konteks masyarakat muslim, tak terkecuali dalam masyarakat Aceh, ajaran Islam sering dianggap permisif dan cenderung mendukung partriarkhisme. Tapi apa benar demikian? Apa benar doktrin-doktrin Islam secara esensial mendukung partriarkhisme?
Sejauh yang saya yakini tidak. Inti permasalahan dari ideology partriarkhi tidaklah terkait dengan agama (Islam), melainkan dengan penafsiran agama, dan penafsiran agama bukanlah agama itu sendiri. Kita memiliki banyak bukti dari pesan-pesan Al-Qur’an bahwa Islam sesungguhnya tidak hanya bersikap netral, bahkan dari beberapa ayat yang kemudian diperkuat oleh hadist dan sunnah nabi, Islam sangat menghormati kedudukan perempuan.
4. Dekonstruksi Makna Perkawinan
Satu fakta aneh yang mengendap dalam alam bawah sadar kolektif masyarakat kita adalah kita sesungguhnya cenderung melihat dan memaknai perwakinan sebagai transaksi kepemilikan dan penguasaan laki-laki atas perempuan.
Meski terdendar sarkastik dan hampir dapat dipastikan banyak orang akan menentang pandangan ini, namun kenyaataannya perihal ini jamak terjadi dalam budaya dan masyarakat kita. Fenomena ini memang cenderung laten, kabur, karena memang dikonstruksi dan diwariskan secara kultural sehingga kita tanpa sadar menerimanya begitu saja sebagai sebuah “nilai”, sebagai sesuatu yang menjadi milik bersama sebagai warga masyarakat, tanpa pernah sempat berpikir untuk mempertanyakan dan menggugat keabsahan moralitasnya, selain juga takut akan dianggap melanggar norma-norma masyarakat jika menolak atau menentang “nilai-nilai” tersebut.
5. Advokasi Hak-Hak dan Perlindungan Terhadap Perempuan
Pada kenyataannya problem yang dihadapi oleh kaum perempuan bukan hanya dalam hal restriksi terhadap hak-hak yang kemudian membuat mereka berkuta hanya pada peran-peran dosmetik dan tereliminasi partisipasi mereka di ruang-ruang publik, lebih serius dari itu perempuan kerap kali juga menjadi objek kekerasan baik secara fisik maupun non-fisik.

6. Gerakan Sosial
Satu strategi lain yang juga dapat ditempuh dalam mentransformasi budaya partriarkhi ini adalah dengan membangun gerakan sosial yang peduli dengan keseteraan gender, khususnya di kalangan laki-laki. Jika belakangan timbul yang namanya Gerakan Laki-Laki Baru, maka tentu ini adalah sejalan dengan misi transformasi budaya partriarkhi tersebut. Beberapa aliansi yang peduli seperti CANTIK, Cowok-Cowok Anti Kekerasan, dan sekarang yang ada di Banda Aceh, KLLuKKG sesungguhnya merupakan gerakan sosial baru yang menandai paradigma baru dalam melihat dan memahami gerakan keseteraan gender.

Dikutip dari Karya:
Bulman Satar, Antropolog

materi ini disampaikan pada Kegiatan
Forum Belajar Bersama Laki-laki Baru di Aceh
Pada Tanggal 20-22 September 2011 di paviliun Seulawah

Bencana Banjir Bandang dilihat dari sisi Anak yang Mengalami peristiwa Trauma dan Pemulihan yang bisa dilakukan

Masih ingat peristiwa banjir bandang yang menimpa saudara kita di tangse Tanggal 10 Maret 2011, tepatnya pada pukul 19.00 wib. kini banyak menyisakan berbagai peristiwa dan kenangan bagi masyarakat itu sendiri, kalau dilihat dari segi kebutuhan dimana masyarakat tangse khusunya Gampong Rantau Panyang dan Gampang Blang Pandak adalah masyarakat yang hampir 90 % petani, dan sisanya menjadi pekerjaan lepas. Di sisi lain setiap tahun mereka selalu turun kesawah, dan sekarang hal itu sudah kurang bisa dikerjakan, dikarenakan sawah atau ladang mereka sudah tidak bisa digunakan lagi, banyaknya balok-balok besar dan rusaknya struktur tanah menjadikan alasan tersendiri bagi masyarakat tangse...

kali ini yang menjadi perhatian penulis bukan di bagian masyarakat kehilangan pekerjaan dan bagaimana nasib mereka ketika profesi mereka di alihkan atau digantikan dengan profesi yang lain, hal ini membutuhkan waktu tersendiri bagaimana masyarakat mampu melewatinya.. yang menjadi ketertarikan penulis kali ini, mencoba menyorot dan melihat sisi kehidupan anak pasca peristiwa bencana.
menurut salah satu keterangan masyarakat yang berada di gampong rantau panyang " anak-anak jika ada suara hujan dimalam hari, mereka sering nangis dan tidak boleh jauh dari orang tua mereka" dan hal itu juga di perkuat oleh rekan kerja yang saat ini sedang berada di kawasan gampong rantau panyang.

sangat menarik dari apa yang disampaikan oleh masyarakat tersebut, bahwa perlu di jelaskan secara psikologis bahwa anak-anak pasca peristiwa bencana, mereka mengalami trauma, akan tetapi kita juga harus melihat bentuk trauma apa yang dialami oleh anak-anak tersebut, sehingga dalam proses identifikasi kebutuhan untuk mereka mudah dan praktis sehingga bisa menjawab kebutuhan untuk anak-anak itu sendiri.
Devinisi Trauma itu sendiri adalah berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.

Secara disiplin ilmu pengertian Trauma psikologis adalah sebuah jenis kerusakan psikis yang terjadi akibat peristiwa traumatis. Bila trauma tersebut mengarah pada Post-Traumatic Stress Disorder ( PTSD), kerusakannya bisa melibatkan perubahan fisik di dalam otak dan zat kimia otak, yang dapat merusak kemampuan seseorang dalam menangani stress .
sedangkan menurut keterangan yang diambil dari wilkipedia menjelaskan devinisi Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik di dalam otak dan kimia otak, yang mengubah respon seseorang terhadap stres masa depan.

Kejadian-kejadian traumatis melibatkan peristiwa tunggal, atau sebuah peristiwa fatal atau serangkaian peristiwa, yang sangat membebani kemampuan individu untuk menerima kejadian dan emosi terkait dengan peristiwa. Keadaan terbebani dapat berlangsung berminggu - minggu, bertahun-tahun, bahkan dekade, sebagaimana seseorang berjuang untuk mengatasi lingkungannya. Trauma dapat disebabkan oleh berbagai macam peristiwa, tapi ada beberapa aspek yang umum

Secara sederhana trauma bermakna luka atau kekagetan (shock). Secara psikologis trauma mengacu pada pengalaman-pengalaman yang mengagetkan dan menyakitkan, yang melebihi situasi stres yang dialami manusia sehari-hari dalam kondisi wajar. Kematian anggota keluarga secara mendadak, keguguran, dipecat dari kerja, mengalami kecelakaan, semua ini dapat menjadi contoh pengalaman traumatik. Bila mengacu pada penjelasan ini, kita dapat memahami dengan jelas betapa hal-hal yang dialami oleh individu dan komunitas di daerah konflik berkekerasan merupakan kejadian traumatik. Stres yang diakibatkannya, atau yang menyusul kejadian traumatik disebut sebagai
stres pasca trauma.

ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk anak-anak yang mengalami situasi sulit, dan ini adalah bentuk dari kegiatan yang bisa dilakukan dan dipraktekkan terhadap anak-anak pasca situasi bencana, melalui:

Smile Child Center
smile child center dimana anak diberikan kebebasan dan kenyamanan untuk mengekspresikan perasaannya melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan suasana keceriaan, seperti menonton film-film anak, permainan, menyanyi, menari, dan lain-lain. Di tempat aman tersebut anak dilatih untuk menghilangkan rasa takut terhadap resiko runtuhnya puing-puing bangunan.

Terapi Bermain (Play Therapy)
Terapi bermain digunakan sebagai media untuk menguatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Aktivitas bermain adalah kegiatan bebas yang spontan dan dilakukan untuk kesenangan memiliki manfaat yang positif bagi anak yaitu:
Aspek perkembangan fisik; anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat
Aspek perkembangan motorik halus dan kasar; dalam bermain dibutuhkan gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, dan mata).
Aspek perkembangan emosi dan kepribadian; dengan bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Anak dapat menyalurkan perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang membuat anak lega dan relaks,
Aspek perkembangan kognisi; dengan bermain anak dapat belajar dan mengembangkan daya pikirnya,
Media terapi; karena selama bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah suatu yang alamiah pada diri anak,
Media intervensi; bermain dapat melatih konsentrasi (pemusatan perhatian pada tugas tertentu) dan melatih kemandirian anak.


Terapi Emosi dengan Menggambar
Terapi emosi dengan menggambar dan mewarnai dilaksanakan dengan tujuan agar anak-anak dapat menyalurkan pengalaman emosinya melalui media kertas dan alat tulis. Emosi atau perasaan memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak. Emosi dapat menjadi energi yang mendorong anak untuk bertindak secara konstruktif dan kreatif. Ketika anak-anak menggambar dan mewarnai gambar-gambar, dibutuhkan pendampingan oleh konselor untuk membantu menginterpretasikan gambar yang dibuat oleh anak. Teknik menggambar bermanfaat juga sebagai sebuah media untuk berkomunikasi dengan anak dan media bercerita tentang pengalaman emosional anak saat terjadinya gempa.

Belajar Sambil Bermain
Anak-anak merupakan aset negara dan penerus masa depan bangsa. Kondisi bangunan yang hancur terutama sekolah-sekolah tempat anak-anak belajar sehari-hari, mengakibatkan kegiatan pembelajaran terganggu dan tidak mungkin bagi siswa untuk melanjutkan pendidikannya. Rusak atau hilangnya tempat beraktivitas, rumah, halaman, termasuk di dalamnya sekolah merupakan kendala yang perlu dieliminasi. Apalagi bila orang tua dan guru yang selama ini mendampingi mereka tumbuh dan berkembang untuk sementara tidak dapat melakukan tugas karena musibah yang dialami.

semoga bisa bermamfaat dan menjadi pembelajaran untuk kita semua...
basrie_1986@yahoo.com

Di Aceh, 990 Kasus Kekerasan Pada Perempuan


BANDA ACEH_Berdasarkan catatan tahunan Gerakan Perempuan Aceh pada tahun 2011-2012 terdapat 990 kasus kekerasan terhadap perempuan di Aceh.

Tingginya angka kekerasan pada perempuan di Aceh, lembaga penegakan hak asasi perempuan meminta dan mendorong kepolisian memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat Aceh.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Aceh Women’s for Peace Foundation (AWPF) Irma Sari kepada AJNN.Net, Senin 25 November. ” Iya, angka ini sangat tinggi dan kami sangat sedih dengan banyaknya kasus kekerasan yang dialami perempuan Aceh” ujarnya.

Dari 990 kasus tersebut jelasnya, di antaranya 397 orang perempuan dan anak mengalami kekerasan dalam rumah tangga, 294 orang perempuan di Aceh mengalami penelantaran dalam rumah tangga dan pada tahun yang sama ada 48 kekerasan seksual terjadi di masyarakat, pelakunya 82,5 % adalah orang-orang yang dikenal oleh korban yaitu teman, tetangga, rekan kerja, bahkan guru. Banyak kasus serupa yang belum terungkap dan tercatat.

Oleh sebab itu katanya lagi, sebagai lembaga yang peduli pada penegakan hak asasi perempuan pihaknya terus mendorong pemerintah untuk memastikan ketersediaan regulasi dan fasilitas layanan serta pendampingan anak dan perempuan korban kekerasan.

” dan kami juga mendorong kepolisian untuk memberikan perlindungan kepada seluruh masyarakat Aceh agar terbebas dari rasa takut dan hidup nyaman serta memastikan adanya proses hukum terhadap pelaku” ujarnya.


Sumber:

Remaja dan Kekerasan? Apa Hubungannya?!

Rate This


Tentu saja bisa!
Bahkan, remaja berpeluang kena beberapa jenis kekerasan. Apa aja kekerasan yg bisa dialamin remaja?

Bullying 
Cyber-bullying 
Kekerasan dalam pacaran 
Kekerasan Seksual Berikut ini penjelasan sekilas dari masing-masing jenis kekerasan itu… Semoga bermanfaat…

1.Bullying

Andrew Mellor dari Antibullying Network, University of Edinburgh mendefinisikan bullying sebagai berikut: ”Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain berupa verbal, fisik dan mental dan ia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi serta merasa tak berdaya mencegahnya”

Bullying verbal: mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat telepon, ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gosip, menyebarkan rumor, penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi elektronik, pesan-pesan tanpa pengirim, dan lain-lain. 
Bullying fisik: menonjok, menampar, memukul, mendorong atau melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, mencekik, menendang, meninju, menggigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencengkeram dan memutar lengan atau kaki, merusak pakaian atau properti pribadi, gerakan-gerakan mengancam, membuat perkelahian, menodongkan senjata, mencuri, dan lain-lain. 
Bullying psikologis: mengucilkan, mengisolir, menjauhkan, mendiamkan, memfitnah, memandang dengan hina, dan lain-lain. 

2.Cyber bullying

terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain berupa verbal, fisik dan mental dan ia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi serta merasa tak berdaya mencegahnya dan terjadi di dunia maya

Bentuk-bentuk bullying:

Bentuknya lebih mengarah kepada data yang bisa disebarluaskan melalui dunia maya, baik itu foto, video, teks maupun rekaman suara.
Beberapa contoh kasus cyber bullying di Indonesia:

Secara sederhana, contoh yang bisa kita amati sekarang adalah terjadinya hujatan bertubi-tubi kepada Afriliyani, yang menabrak sembilan orang pejalan kaki (terlepas dari statusnya yang memang bersalah pada kasus itu). Cyber bullying yang dia alami adalah dihujatnya namanya, hingga muncul petisi hukuman mati untuknya, yang membuatnya tidak berdaya untuk melawan, bahkan untuk mempertahankan diri. Efeknya: keluarganya bahkan takut untuk keluar rumah dan sudah seminggu tidak bekerja maupun bersekolah.

Efek cyber bullying bisa lebih parah dari bullying fisik karena sifat informasinya yang mudah tersebar dan cenderung membentuk opini masyarakat luas yang memberikan tekanan secara sosial

3.Kekerasan dalam Pacaran

Segala bentuk kekerasan, perilaku mengontrol, dan agresif yang terjadi dalam hubungan pacaran. kekerasan yang terjadi bisa berupa kekerasan verbal, emosi, fisik, dan/atau seksual

Perilaku yang bisa digolongkan sebagai kekerasan beragam bentuknya mulai dari tidak memperbolehkan pasangan bergaul dengan orang lain; memaki; cemburu buta; mengancam jika

pasangan tidak mau menuruti keinginan pasangannya; memukul; sampai memaksa meraba, mencium dan melakukan hubungan seksual

Faktanya, Masih banyak remaja yang menganggap wajar perilaku pasangan yang mengendalikan dirinya, mulai dari melarang bertemu teman hingga menentukan apa yang harus dikenakan. Remaja cenderung menerima dikendalikan oleh pasangan di ranah privat, meskipun mereka menganggapnya sebagai kekerasan bila dilakukan di ranah publik.

Di Indonesia sendiri, angkanya cukup tinggi dan tidak lagi bisa dianggap sebagai hal yang ‘wajar’. Komisi Nasional Perempuan mencatat, pada 2010 ada 1.299 korban kekerasan dalam relasi pacaran.(Komisioner Komnas Perempuan, Sri Nurherwati, http://metro.vivanews.com/news/read/258656-kekerasan-dalam-relasi-pacaran-masih-tinggi)

4.Kekerasan Seksual

Setiap tindakan baik berupa ucapan ataupun perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menguasai atau memanipulasi orang lain serta membuatnya terlibat dalam aktifitas seksual yang tidak dikehendaki.

Tindakan yang termasuk pelecehan seksual antara lain meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul, serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina, dan merasa dikendalikan) mungkin ditambahkan pandangan atau bahkan kata-kata yang melecehkan.


Belakangan ini, angka kekerasan seksual di Indonesia makin marak terjadi, bahkan di tempat umum, dan menimpa remaja, yakni kasus pemerkosaan di kendaraan umum. Faktanya pun mencengangkan. Terdapat 40 kasus pemerkosaan pada periode Januari hingga September 2011. Dari 40 kasus tersebut, tiga kasus pemerkosaan terjadi di dalam angkutan kota (Angkot).(Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya,http://www.suarapembaruan.com/home/lpsk-banyak-korban-perkosaan-tak-tahu-hak-haknya/11553

Karenanya, KITA harus melakukan sesuatu untuk menghentikan kekerasan terhadap remaja. KITA harus berbagi informasi agar bisa mencegah hal serupa terjadi pada remaja lain.

Tolak Kepsek arogan, siswa MAN Pamekasan segel ruang kelas


Para siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, melakukan aksi mogok belajar dengan cara menyegel ruang kelas mereka. Aksi mogok belajar ini dilakukan para siswa sebagai bentuk protes kepada Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan yang tetap mempertahankan kepada sekolahnya Mohammad Taufiqi.

"Sampai kapanpun kami akan terus melakukan aksi mogok bila kepala sekolah kami tidak dipindah dari MAN Pamekasan," kata juru bicara siswa, Alfiansyah Alif seperti dikutip dari Antara, Selasa (4/3).

Kepala MAN Pamekasan Taufiqi tidak disukai oleh kalangan murid dan para guru di MAN Pamekasan, karena yang bersangkutan dinilai hanya memanfaatkan jabatan saudaranya saat menjabat Kepada Kemenag Pamekasan Normaludin. Taufiqi sebelumnya merupakan guru MAN Sampang.

Selain karena pengangkatan Taufiqi selaku Kepala MAN Pamekasan terindikasi nepotisme, para siswa di MAN Pamekasan juga menilai yang bersangkutan selama ini terlalu arogan, bahkan sering menyampaikan kata-kata kotor kepada para siswa.

Tidak hanya itu, Kepala MAN Pamekasan juga memperbolehkan para siswanya bentrok dengan siswa lain, saat ada sekelompok siswa dari sekolah berbeda datang ke MAN Pamekasan dan hendak berkelahi.

Aksi mogok belajar yang dilakukan siswa MAN Pamekasan ini merupakan kali kedua. Aksi yang sama sebelumnya juga telah digelar pada Selasa (25/2) dengan tuntutan yang sama.

Secara terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Pamekasan Muarif Tanthowi mengatakan pihaknya sebenarnya telah melaporkan adanya unjuk rasa siswa yang menolak kepada MAN Pamekasan itu ke Kantor Kemenag Jatim.

Ia mengaku Kemenag Pamekasan juga telah melaporkan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah itu yang terganggu akibat unjuk rasa. Hanya saja, pihak Kanwil sejauh ini belum memberikan tanggapan dan tetap mempertahankan Kepala MAN Pamekasan Mohammad Taufiqi.

"Kewenangan meminta kepala sekolah itu bukan Kemenag Pamekasan tapi Jatim. Tapi kami sudah melaporkan terkait kondisi yang berkembang di MAN Pamekasan itu, serta dampaknya terhadap kegiatan belajar mengajar," kata Muarif.

Hingga kini, Kepala MAN Pamekasan Mohammad Taufiqi tidak dapat dikonfirmasi, karena saat mogok itu tidak berada di sekolah. Bahkan sejumlah petugas dan guru di sekolah itu mengaku tidak mengetahui keberadaan Mohammad Taufiqi


Sumber :
Merdeka.com