Renstra 1 Tahun Laki-laki Baru di Aceh

Banda Aceh, 29 Juni 2011, Aliansi Laki-Laki Baru (ALLB) di Aceh melaksanakan pertemuan untu mendiskusikan Rencana Strategis untuk waktu 1 tahun (Juli 2011- Juni 2012). Bertempat di Hotel Diana, pertemuan Renstra tersebut dilaksanakan selama 3 hari, yaitu dari tanggal 21-23 Juni 2011. Para peserta Renstra tersebut adalah anggota ALLB di Aceh, yaitu terdiri dari : An Nisa Center, Aktifis Perempuan, BP3A Aceh, Bungong Jeumpa, Balai Syura, CCDE, Dinas Pendidikan Aceh, GERAK Aceh Besar, Mahasiswa IAIN, KKTGA, Kontras Aceh, Koalisi NGO HAM Aceh, Sri Ratu, PKPA, PSG Unsyiah, PSW IAIN, PCC, RPuK, UNWomen, Violet Grey, YAB, dan YRBI.

Diskusi pada pertemuan Renstra ini dengan merujuk dan mempertimbangkan hasil diskusi worshop sehari (26 Mei 2011) yang lalu. Bedanya pada pertemuan Renstra kali ini teman-teman ALLB di Aceh mendiskusikannya secara lebih mendalam dan terperinci sehingga dapat menjadi Rencana Srategis jaringan yang akan membantu proses-proses keja jaringan ke depan.

Pada pertemuan tersebut didiskusikan beberapa hal terkait ide;jaringan Laki-laki baru di Aceh, yaitu; nama jaringan, prinsip-peinsip jaringan, isu dan langkah strategis, perubahan yang ingin dicapai, pemetaan kapasitas yang ada atau dipunyai anggota jaringan untuk mendukung tercapainya perubahan yang diharapkan dan Rencana Tindak Lanjut (RTL) selama satu tahun. Terkait prinsip-prinsip kerja jaringan, berdasar masukan-masukan dalam forum bertambah satu prinsip, yaitu “keberlanjutan”. Lengkapnya, prinsip-prinsip tersebut adalah : Inklusif, Saling Menghargai, Anti Diskriminasi, Anti kekerasan, Timang, Musawwa, Meuseuraya (dari hasil workshop) dan Berkelanjutan.

Berdasar pemetaan situasi dan kondisi ketidakadilan gender di Aceh, yaitu:
1.Budaya partarkhal yang masih kental
2.Tafsir agama yang bias gender
3.Adanya stigma terhadap laki-laki yang peduli dengan persoalan gender.
4.Ketidaktersediaan informasi tentang menjadi laki-kali yang humanis.
5.Belum ada kelompok laki-laki untuk mendorong keadilan dan kesetaraan gender.

Kemudian dirumuskan tiga isu strategis, yakni :
1.Membangun Budaya yang lebih Adil
2.Meningkatkan Kapasitas Laki-Laki Baru (ALLB) di Aceh
3.Membangun jaringan ditingkat lokal agar kerja-kerja ini dapat diterima di masyarakat.

Terkait isu-isu strategis tersebut, disepakati forum bahwa perubahan-perubahan yang diharapkan akan terjadi adalah hanya pada lingkup pribadi dan komunitas;masyarakat saja, belum pada lingkup lembaga/institusi dan struktural. Hal ini karena mempertimbangkan bahwa untuk saat ini yang paling realistis –baik karena kapasitas yang ada maupun khasnya kondisi pratiarki masyarakat di Aceh- untuk dilakukan dalam masa satu tahun adalah perubahan pada dua level perubahan itu saja.

Melengkapi hasil diskusi, juga dipetakan kapasitas-kapasitas yang dipunyai ALLB di Aceh yang diharapkan dapat mendukung tercapainya harapan-harapan, yaitu terjadinya perubahan-perubahan yang telah dirumuskan bersama.

Hasil-hasil diskusi :
Dari isu pertama “Membangun budaya yang lebih adil”, perubahan yang bisa dilakukan, antara lain:
1.Individu yang bisa memahami kesetaraan dan keadilan gender,
2.Laki-laki tidak merasa enggan atau minder bila bekerja dengan perempuan atau kerja-kerja domestik dalam keluarga.
3.Bagaimana Masyarakat mulai menerima dan memahami peran-peran domestik yang dilakukan oleh laki-laki,
4.Tidak ada stigma buruk bagi laki-laki yang bekerja untuk isu perempuan.
5.ALLBi bisa melakukan pendekatan terhadap media dengan Harapan adanya pendekatan dan forum diskusi dengan para jurnalis laki-laki yang yang menulis isu kesetaraan dan keadilan gender secara sinergisasi dengan gerakan perempuan untuk mengadvokasi media cetak atau elektronik yang melek dan bisa mengkampanyekan isu kesetaraan dan keadilan gender di Aceh.

Dari isu ke dua : “Kapasitas komunitas Laki-Laki Baru di Aceh”, perubahan yang bisa dilakukan adalah:
1.Perubahan perilaku untuk individu/ komunitas.
2.Meningkatnya kapasitas aktivis laki-laki dalam mengimplementasikan gerakan kesetaraan gender dan keadilan gender di dalam keluarga, organisasi, dan masyarakat dan yang terakhir bagaimana
3.Setiap individu yang tergabung dalam gerakan ALLB memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mentransformasikan konsep menjadi laki-laki yang humanis.

Dan yang terakhir, dari isu strategis ke tiga “Membangun jaringan di tingkat lokal agar kerja-kerja gerakan bisa diterima masyarakat”, perubahan yang diinginkan antara lain:
1.Bagaimana Jumlah anggota ALLB di Aceh bisa bertambah,
2.Jumlah keterlibatan orang dalam kegiatan “kesetaraan gender” meningkat(terutama yang laki-laki).
3.Isu tentang laki-laki peduli kesetaraan gender dan komunitas laki-laki untuk keadilan dan kesetaraan gender” menjadi marak dibicarakan di media juga warung kopi (warkop merupakan alternatif tempat diskusi berbagai isu di Aceh) dan bagaimana Isu laki-laki peduli keadilan dan kesetaraan gender menjadi warna tersendiri di kelompok-kelompok anggota ALLB di Aceh.

Catatan Penting,
Nama gerakan Laki-Laki Baru di di Aceh sebelum dilaksanakan Renstra I ini adalah Aliansi laki-Laki Baru (ALLB) di Aceh. Dalam Renstra I ini dan setelah diskusi panjang dan alot, disepakati untuk dirubag menjadi Komunitas Laki-Laki untuk Keadilan dan Kesetaraan Gender di Aceh, disingkat KLLuKKG di Aceh.

Rencana Tindak Lanjut,
Berdasar masukan-masukan dari forum dan setelah diskusi mendalam, telah disepakati bahwa kerja-kerja gerakan KLLuKKG di Aceh ini akan dilaksanakan secara bersama-sama dan saling bertanggumngjawab sesuai kapasitas dan peran masingmasing yang juga telah disepakati. Adapun menyangkut mekanisme koordinasi untuk satu tahun ini (Juli 2011-Juni 2012), maka dikoordinatori oleh Pulih Aceh.