Tips untuk memfasilitasi Emotional Intelligence (EQ) Anak


Emotional Intelligence adalah kemampuan seseorang untuk memahami perasaan dan emosinya, membedakannya dan menggunakannya untuk membimbing dalam berpikir dan bertindak.  Menurut penelitian, bahkan kemampuan ini empat kali lebih penting dalam membangun sukses disbanding dengan kepandaian seseorang, walaupun kepandaian atau IQ juga tidak bisa dikesampingkan tentunya.
Oleh karena itu penting  bagi kita untuk membesarkan anak kita dengan mempertimbangkan EQ ini.
EQ terdiri dari:
·Kemampuan untuk tidak meyerah pada saat sulit
·Kemampuan untuk memonitor perasaan
·Kemampuan untuk memahami perasaan orang lain
·Kemampuan untuk dapat bergaul dengan orang lain
·Kemampuan untuk menghadang godaan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi
·Kemampuan untuk bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan diri sendiri dan juga orang lain

3 tips untuk memupuk EQ:
1.Bantu anak memahami perasaannya. Jika ia tidak bisa memahami perasaannya sendiri bagaimana ia bisa memahami peraaan orang lain? Seringkali kita membiarkan anak kita untuk mengabaikan perasaannya sendiri. Biarkan anak memiliki perasaan tersebut dan bantu untuk mengenalinya. Gunakan kata-kata untuk menjelaskan, seperti “mama paham jika kamu merasa frustrasi karena tidak bisa mengikat tali sepatu itu. Tapi berlatih terus, lama-lama kamu pasti bisa.” Jangan mengatakan pada anak untuk menelan begitu saja perasaannya. Anak yang dibuat untuk menekan atau mengabaikan perasaannya lama kelamaan akan meledak pada orang lain atau mungkin kepada anda sendiri dan perlahan-lahan hal ini akan menghancurkannya.

2.Bentuklan interaksi yang positif. Pada saat kita memberitahu, diskusikanlah dengan baik, tanpa teriakan. Jika kita berteriak kita memberi contoh anak untuk berespon demikian juga. Sebaliknya libatkan anak dengan lembut dan tunjukkan cara yang tepat dan pertimbangkan perasaan orang lain juga. Dengan menjalani proses ini, kita membantu anak untuk mengembangkan kemampuan untuk refleksi.

3.Berikan umpan balik yang spesifik dan suportif tentang interaksinya dengan orang lain. Gunakan pernyataan ini untuk membantu anak menemukan identitasnya sebagai anak yang peduli pada dirinya dan juga orang lain. Jangan hanya memberi tahu, tapi beri contoh dengan pemilihan kata yang tepat, misalnya “Mama perhatikan kamu menolong adikmu pada saat di sedang frustrasi, walaupun adikmu berbicara ketus. Aku terkesan karena kamu bukan menanggapinya dengan marah tapi memberikan apa yang ia butuhkan.  Gimana rasanya bisa bersabar pada saat adikmu sedang marah? (irma)

atau bisa di akses di artikel 
http://agussiswoyo.com/2011/04/29/kesehatan-emosional-dalam-blogging-menggalau-itu-boleh-banget/